Kamis, 13 Maret 2014

HOMOESTASIS




Oleh:
Apri nur makhfuri
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2013-2014






PEMBAHASAN

A.Pengertian
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti “sama”, stasis “mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Homeostasis merupakan proses pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis dalam (badan organisme) yang konstan.
Terdapat 2 jenis keadaan konstan atau mantap dalam homeostasis yaitu :
1.Sistem tertutup - Keseimbangan statis
Di mana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.
2. Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik
Di mana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun.
Contoh homeostasis yang ringkas ialah :
Apabila cuaca panas, system kulit akan merespon dengan mengeluarkan keringat melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darah meningkat, pembuluh darah akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit berwarna merah.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
B. Dasar-Dasar Homeostasis
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu:
1. peran system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2. adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4. suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
Homeostasis terdiri dari homeostasis fisiologis dan psikologis.

1.Homeostasis Fisiologis
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem
endokrin dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :
a. Pengaturan Dini : Sistem ini terjadi secara otomatis pad orang yang sehat. Contohnya proses
pengaturan fungsi organ tubuh
b. Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya. Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin, mak pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.
c. Umpan Balik Negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan penyimpanan yang terjadi.
d. Umpan Balik untuk Mengkoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
2. Homeostasis Psikologis
Berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan budaya masyarakat. Contohnya adalah mekanisme pertahanan (koping) diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul dan lain – lain.


sel dan lingkungan eksternal ini da[at terdistribusi ke seluruh tubuh. C.Faktor-Fakto Yang Diperhatikan Secara Homeostasis
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis, yaitu :
1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
2. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
3.Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
4. pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari perubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.
5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.






6. Suhu
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan.
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara
D.Kontribusi Berbagai Sistem Bagi Homeostasis
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
1. Sistem Sirkulasi.
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal melalui tinja.
3. Sistem Respirasi
Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system respirasi juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.
4. Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot,system rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6. Sistem Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara umum, system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuh yang memerlukan respon cepat. System ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10.Sistem Endokrin
Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11.Sistem Reproduksi
System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.

E.Sistem Control Homeostasis
Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu. Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:
1. Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut. Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2yang optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
2. Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh. Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja. Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
F.Tahapan-Tahapan Homeostasis
Homeostasis terdiri dari 3 tahap:
1. Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
2. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
3. Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
G.Ketidakseimbangan Homeostasis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.
Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu tertentu. Contoh lain adalah kaehilangan drh dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal. Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di tarik kesimpulan
• Homeostasis merupakan proses pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis dalam (badan organisme) yang konstan.
• Organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain: hati,ginjal,kulit
•Homeostasis tergantung pada interaksi dan tindakan yang dinamis sejumlah badan system, Faktor yang mempengaruhi seperti: temperatur,kadar garam dan keasaman dalam tubuh.
• Bahan gizi yang berlebih dan mempengaruhi kemampuan organisme untuk menopang hidup.













DAFTAR PUSTAKA

Agung.2008.HOMEOSTASIS suatu pengantar.http//www.scrib.com.Jumat,19September2008
GuyTon,Arthur C.,Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pramita,Aam Citrida.2007.Kebutuhan Dasar Manusia.Palembang:Poltekkes Depkes Palembang.
Raharja,Kirana.2007.Obat-Obat Penting.Jakarta:PT Alex Media Komputindo
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Siagian,Minarma.2004.HOMEOSTASIS:Keseimbangan yang Halus dan Dinamis..Jakarta:Departemen Ilmu

1 komentar: